Jumat, 15 April 2011

Manusia dan Pandangan Hidup


Akal dan budi adalah dua perangkatabs tr ak dalam diri manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan sebagai modal manusia untuk ‘memilih’ dalam kehidupannya. ‘Memilih’ di sini diartikan sebagai pengungkapan olah pikir dan olah rasa sehingga terjadi suatu kesimpulan terhadap persoalan tertentu yang dihadapi. Aktivitas ‘memilih’ yang selalu dilakukan manusia di setiap periode atau tahap-tahap kehidupannya akan menimbulkan simbol tentang keberadaan prinsip hidup. Contohnya seorang manusia dimulai dari fase kanak-kanaknya belajar membuat keputusan tentang suatu hal –yang bisa dianggap simpel sebenarnya. Lalu beranjak dan beranjak ke fase remaja di mana persoalan yang dihadapi semakin kompleks dan perlu sedikit keberanian dalam memutuskannya. Saat manusia tersebut masuk dalam pemikiran ‘mengambil keputusan’, dia akan teringat akan hal-hal yang dulu pernah diputuskan sehingga terjadi pondasi atas langkah dia berpikir selanjutnya. Begitulah yang terjadi untuk fase-fase seterusnya hingga manusia memasuki fase di mana dia tidak mampu untuk mengolah pikir dan mengolah hati lagi.
Bila diamati, analogi di atas jelas menggambarkan suatu jarak antara fase kehidupan yang cukup jauh – misalnya dari fase kanak-kanak menuju remaja lalu menuju dewasa. Dan dari situ, waktu menjadi saksi akan pemikiran yang bukan timbul seketika tetapi butuh waktu lama dan terus-menerus, sehingga hasil-hasil pemikiran atau sistem keputusan yang diambil benar-benar turut andil mengolah kehidupan. Selain itu, hasil pemikiran tersebut dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya.
Segala hal akan pengalaman yang dialami manusia menurut sejarah liku hidup dan waktu hidupnya ini yang disebut dengan pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan
hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif. Pandangan hidup juga bisa diimplementasikan sebagai hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman, fakta, dan sikap ‘meyakini sesuatu’ yangdir ingkas sebagai pegangan, pedoman, petunjuk, atau arahan.
Pandangan hidup sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Segala perbuatan, sikap, dan aturan –yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, merupakan refleksi dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat hidup sendiri diarti-konkritkan sebagai
kecintaanatau kebenaran yang bisa dicapai oleh siapapun. Maka dari itu, pandangan hidup dengan hakikat bisa dicapai oleh siapapun itu, sangat diperlukan oleh tiap manusia Pandangan hidup tiap orang bisa berbeda bisa juga sama. Dari situ terdapat pengklasifikasian tentang asal dari pandangan hidup tersebut, sebagai berikut:
a.Pandangan hidup berasal dari agama merupakan pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
b.Pandangan hidup ideologi merupakan pandangan hidup yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma negara tersebut.
c.Pandangan hidup hasil renungan merupakan pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan hidup pada dasarnya memiliki unsur-unsur, yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Kebajikan –dalam hal ini, adalah nilai yang menjadi patokan usaha yang harus ditempuh untuk menggapai cita-cita. Usaha adalah hal-hal yang diupayakan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita yang harus dilandasi oleh keyakinan . Keyakinan diukur dengan daya pikir akal, jasmani, dan sikap maupun rasa kepada Tuhan. Hal ini yang mencirikan bahwa unsur-unsur pandangan hidup di atas saling berkaitan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative. Suatu ironi memang, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta..
Di sinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya
SUMBER       : http://www.scribd.com/doc/36876554/TUGAS-Manusia-Dan-Pandangan-Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar